Kamis, 13 Maret 2014
Di Kerajaan Sriwijaya dihuni pemukiman yang padat, dan
telah mengenal berbagai bidang keahlian. Ada kelompok masyarakat yang ahli di
bidang kerajinan Tembikar, manik-manik, pengecoran logam, dan yang tidak kalah
pentingnya yaitu ahli bangunan. Adanya tiang kayu yang jumlahnya relatif banyak dan relatif luas, akhirnya
dapat memberi petunjuk bahwa pesisir Sumatra Selatan tidak pernah mengalami
perubahan garis pantai yang signifikan sejak masa sebelum hingga masa sejarah
Sabtu, 01 Maret 2014
Sekitar tahun
1800—600 SM, setelah kota-kota besar ditinggalkan, masyarakat pertanian tinggal
di permukiman-permukiman yang lebih kecil di Lembah Indus dan Gangga mereka
membaur dengan orang-orang yang datang dari Asia Barat. Para ahli cerita
menggubah Weda, puisi, dan himne yang kemudian menajadi dasar agama Hindu. Gupta
merupakan salah satu dinasti di daerah India Selatan yang didirikan oleh raja Chandragupta I pada
tahun 319 M.yang
telah berhasil menyatukan seluruh india selatan
menjadi satu dinasti Gupta. Antara Candragupta I dengan Candragupta Maurya dari
kerajaan Magadha tepatnya pada masa dinasti Maurya tidaklah sama. Agama yang
dianut oleh dinastiGupta adalah agama Hindu, sedang agama yang dianut oleh
Candragupta Maurya adalah agama Buddha.
Diketahui dari Kerajaan Gupta ini
pernah dipimpin oleh beberapa orang raja. Raja Candragupta (320 M—330 M), Samudragupta
Sarvarajaccheta (335M—376 M), Candragupta II yang bergelar Vikramaditya (376 M—415
M), Kumaragupta (415 M—455 M), Skandagupta (455M—467 M), dan Purugupta yang
merupakan raja terakhir dari Dinasti Gupta. Pada masa kepemimpinan Candragupta
II kerajaan ini mencapai masa keemasan.
Gupta
merupakan dinasti yang besar di India, namun demikian tidak semua orang
mengetahui tentang sejarah dari dinasti ini. Termasuk di dalamnya para
mahasiswa, inilah yang mendorong kelompok kami untuk menuliskan tentang sejarah
dari Dinasti Gupta.
2.1 Masa Awal Berdirinya Dinasti Gupta
2.1 Masa Awal Berdirinya Dinasti Gupta
Setelah kerajaan Kushana runtuh,
India utara seakan menjadi daerah yang mati, namun sejak Candragupta I muncul mendirikan Dinasti
Gupta di sana, India Utara kembali menjadi daerah yang besar. Hal ini
disebabkan Candragupta I melakukan hal
kontoversial dengan
meniru Chandragupta Maurya yang ingin menandingi
dan mengusir Iskandar Zulkarnain diperbatasan barat negaranya, Magadha, sekitar abad IV SM. Kemudian Chandragupta mendirikan Dinasti Gupta yang
berkurasa di India sekitar 200 tahun.
Mengenai asal-usul
dari Candragupta I ini masih diragukan dan masih kurang jelas, apakah dia
keturunan dari Candragupta Maurya atau bukan. “Apakah pendiri wangsa Gupta ini
memang keturunan langsung wagsa Maurya pantas diragukan, dan memang ia
mengikuti jalan lain menuju kekuasaannya.” (Schulberg, 1983:93). Jika
Candragupta Maurya menjadi pemimpin karena sebelumnya mengadakan
ekspansi-ekspansi ke berbagai wilayah, dengan mengadakan konsolidasi wilayah
kekuasaannya, maka Chandragupta mengawali kepemimpinannya lewat jalan perkawinan
politik dengan putri raja dari suku Licchavi.
Seperti yang telah disebutkan di
atas bahwa untuk mendirikan dinasti yang
baru ini, Chandragupta
yang pada saat itu dipercayai sebagai seorang ksatria
Arya dan diduga sebagai penguasa di dekat Pataliputra mengambil langkah
politiknya dengan mempersunting seorang putri raja dari Suku Licchavi yang terdapat di Vaisali yang
bernama Kumala Devi. Setidaknya suku
Licchavi tersebut pernah berkuasa di India bagian utara, akan tetapi suku ini
tenggelam karena munculnya Dinasti Maurya yang pernah dibangun oleh
Chandragupta Maurya.
Chandragupta menetapkan Pataliputra sebagai ibu
kota negara dan
sekaligus sebagai tempat pusat
pemerintahan
pada waktu itu. Kemudian tanggal 26 Februari 320 M ditetapkan
sebagai awal masa pemerintahannya sebagai raja dengan tandai
dikeluarkannya mata
uang baru. Tahun itu pula yang kemudian di anggap sebagai awal tarikh gupta. Pada masa awal kekuasaan
Candragupta I ini meluputi sebagian besar wilayah India Utara yang membentang
dari Magadha sampai Allahabad.
Mengenai kepemimpinan Chandragupta ini tidak begitu banyak diketahui.
Karena keterbatasan suber sejarah yang menyebutkan tentang Chandragupta.
Kebanyakan sumber menyebutkan Samaragupta dan Chandragupta II, sehingga dapat
diketahui begitu menonjolnya kedua tokoh ini.
2.2 Raja-Raja pada Dinasti Gupta
Dalam sejarahnya, Dinasti Gupta
pernah dipimpin oleh beberapa raja, mulai dari saat didirikan oleh Candragupta
sampai saat-saat keruntuhan pada pemerintahan dinasti Gupta. Menurut Suwarno
(2012: 55-56) raja-raja yang pernah memimpin tampo pemerintahan pada Dinasti
Gupta adalah sebagai berikut:
1.
Chandragupta I, memerintah 320—330 M.
2.
Samudragupta , memerintah 335—376 M.
3.
Chandragupta II Vikramaditya, memerintah 376—415 M.
4.
Kumaragupta, memerintah 415—455 M
5.
Skandagupta, 455—467 M.
6.
Purugupta, memerintah 467—473 M.
7.
Kumaragupta II, memerintah 473—476 M.
8.
Budhagupta, memerintah 476—495 M.
9.
Narasimhagupta.
10. Kumaragupta III.
11. Vishnugupta.
12. Vainyagupta.
13. Bhanugupta sebagai raja
terakhir.
Suwarno
(2012:56) mengatakan, “dari para raja Dinasti Gupta itu, yang paling menonjol
adalah Samudragupta dan Chandragupta II, sehingga kedua raja ini yang paling
banyak dijelaskan”.
2.2.1
Samudragupta, Sarvarajaccheta (335—376 M)
Samudragupta merupakan salah satu raja
dalam Dinasti Gupta. Dia menggantikan ayahnya, Candragupta I yang telah
meninggal pada tahun 330 M. Sebagai keturunan suku Licchavi Dauhitra (putra
dari putri suku Licchavi), maka dia berkeinginan
untuk melanjutkan ambisi ayahandanya untuk menaklukan kawasan-kawasan yang
diinginkannya. Bahkan dia melakukan serangkaian penaklukan tersebut dengan gemilang,
dengan prestasi dan keperkasaannya itulah Samudragupta digelari Sarvarajaccheta (pembasmi semua raja).
Keberhasilan penaklukan yang
gemilang ini tidak terlepas dari ambisi dan semangat muda raja demi melanjutkan
ambisi ayahandanya. Untuk melaksanakan ambisi ayahnya Samudragupta menitik
beratkan rencana kegiatan kenegaraannya yang terkenal dengan digvijaya atau penaklukkan atas Empat
Penjuru Angin. Menurut Su’ud (1988: 200) menyatakan “yang dimaksud Empat
Penjuru Angin itu tidak saja empat kawasan di sekeliling kerajaan Gupta, namun
juga berarti empat kategori musuh yang harus dihadapi, dan harus ditaklukan”.
Dapat ditemukan pula dalam tulisan pada tonggak batu Kausambi, yang
menggambarkan empat kategori musuh, sebagai berikut:
·
Raja-raja yang berhasil dibunuh dalam ekspedisi penaklukan, kemudian
daerahnya disatukan dengan kerajaan Gupta. Yang termasuk kategori ini adalah
Raja-raja Hindustan yang bangkit setelah mundurnya kerajaan Kushana.
·
Raja-raja yang dikalahkan, namun daerahnya dikembalikan dan raja berstatus
baru, yaitu Raja yang harus membayar upeti. Mereka yang termasuk dalam kategori
kedua adalah mereka yang juga disebut raja-raja rimba, yang dijadikan pelayan.
Di wilayah selatan yang termasuk kategori ini adalah raja-raja di daerah
Orissa, yang terletak di antara
sungai-sungai Mahnadi dan Godavari.
·
Raja-raja di daerah perbatasan yang melarikan diri ketika diserbu,
diwajibkan membayar semacam pajak perlindungan. Tetapi kemerdekaan mereka tidak
diganggu.
·
Raja-raja yang letaknya jauh yang mengakui kekuasaan Raja dinasti Gupta,
dengan mengirimkan duta/utusan. Mereka yang termasuk kategori ini adalah
raja-raja dari Kamarupa, Samatata di pertemuan antara sungai-sungai Gangga dan
Brahmaputra, serta berbagai suku bangsa Saka, Kushana, Malwa, Gujarat, dan
Panjab.
tidak
dipungkiri pula, bahwa pengaruh kekuasaan dari Kerajaan Gupta juga dirasakan
sampai ke Sri Lanka.
Samudragupta merupakan salah
seorang penganut agama Hindu yang taat, dengan setia menjalankan aturan
Brahmana ortodoks, misalnya melakukan upacara asvameda sebelum aneksasi/
perluasan wilayah. Minatnya pada kesenian membuat Samudragupta memiliki
apresiasi yang tinggi. Bahkan dia dijuluki sebagai Kaviraja (raja penyair). Selain itu, di Allahabad, sebatang pilar
batu yang awalnya didirikan oleh Asoka pada abad keempat sebelum masehi diubah
untuk mengagungkan Samudragupta. Menurut (Dalal, 2007: 48) menyatakan “pilar
ini menceritakan bagaimana dia menaklukkan negeri-negeri lain dan membanggakan
bahwa ia mengasihi rakyat miskin dan merupakan penyair yang mahir”. Selain itu
menurut Schulberg (1983:93) dalam sebuah prasasti di daerah Allahabad yang
munkin sama dengan yang disebutkan oleh Dalal, setidaknya terdapat 12 penguasa
yang takluk pada Samudragupta, sebelah utara ada 9 raja yang takluk, sedangkan
di daerah barat ia bertempur dengan orang-orang sakha di Ujjain.
Meskipun Samudragupta seorang
Hindu ortodoks, dia cukup punya rasa toleransi. Sebagai contoh, dia mengangkat
seorang penasihat agama Buddha, bernama Vasubhanda. Bahkan dia membuatkan
tempat untuk para pengikut Buddha, seperti di Ajanta sebanyak 29 gua dipahat di
karang tebing. Tidak khayal jika masa Raja
Samudragupta dianggap sebagai puncak dari kerajaan Gupta, sebab kekuasaannya
telah mencakup seluruh India Utara.
Dalam bidang sosial dan ekonomi
mengenai Samudragupta ini tidak begitu banyak diketahui, akan tetapi pada saat
itu dijelaskan bahwa Raja Samudragupta ini mengeluarkan mata uang emas yang
antara lain bergambar sang raja sedang bermain alat musik semacam kecapi. Dari
pernyataan ini dapat sedikit disimpulkan bahwa perdagangan pada saat itu sudah
terbilang maju dan ramai. Hal ini dapat dibuktikan dengan dikeluarkannya mata
uang emas oleh Raja Samudragupta.
Sementara dalam bidang kebudayaan saat pemerintahan Samudragupta
ini juga dapat dibilang mengalami kemajuan yang cukup pesat. Terutama
perkembangan dalam bidang sastra dan musik. Hal ini dapat dibuktikan dengan
raja selain sebagai penyair (ingat kaviraja),
dia juga sebagai pemusik (ingat mata uang emas yang telah dikeluarkan oleh
Samudragupta). Selain sastra dan musik, dalam pemerintahan Samudragupta ini
juga telah berkembang Drama, yang dapat dibuktikan dengan bangunan
gedung-gedung drama yang indah. Selain itu dalam gedung-gedung itu juga
terdapat lukisan-lukisan yang indah pula.
2.2.2
Chandragupta II (376—415 M)
Setelah Samudragupta meninggal, putra sulungnya yang bernama Ramagupta
didudukkan di atas takhta. Namun karena adanya tekanan dari suku bangsa Sakha
di perbatasan barat laut dan juga Ramagupta merupakan seorang pemimpin yang
lemah, sehingga tokoh ini sangat disembunyikan dari silsilah Raja-raja Gupta, maka
saudaranya yang bernama Chandragupta (putra Samudragupta dengan putri Datta
Devi) mengambil alih kekuasaannya, dengan gelar Chandragupta II.
Gelar Chandragupta II merupakan
peringatan atas kejayaan kakeknya yang telah membangun sebuah dinasti.
Sebelumnya dia telah melatih diri memimpin masyarakat dengan kedudukan yuvaraja atau bupati pada suatu daerah pada
tahun-tahun terakhir masa pemerintahan ayahnya.
Chandragupta II juga dijuluki sebagai Vikramaditya
, yang berarti ‘Matahari Kebenaran’. Su’ud (1988: 202) menyatakan “karena
kepribadian maupun penampilannya selama dia memerintah menunjukkan sifat-sifat
yang menerangi masyarakat”. Sehingga hal inilah yang membuat dia mendapatkan
julukan sebagai Vikramaditya. Selain
itu ada yang mengatakan bahwa Vikramaditya
(mataharari kegagah beranian) merupakan tanda kehormatan atas karya
ketentaraannya, dan dia juga merupakan seorang maharaja yang terbesar diantara maharaja
Gupta.
Tindakan pertama yang dilakukannya
sebagai raja ialah memindahkan ibukota dari Pataliputra ke Ayodhya, sebuah kota
terpenting didaerah Kosala atau Oudh sekarang. Pemindahan ibukota ini
dimaksudkan untuk memperoleh kembali semangat Hinduisme, karena kita ketahui
Ayodhya merupakan salah satu kota suci agama Hindu. Seperti nenek moyangnya,
Chandragupta ingin tampil menjadi penguasa dunia (world emperor). “Politik
perluasan wilayah yang dilakukan oleh Chandragupta II, ditempuh melalui dua
cara:
a.
Cara damai, yaitu dengan jalan perkawinan politik (political marriage).
b.
Kekerasan, yaitu penaklukan dengan kekuatan militer”. (Suwarno 2012: 58)
Kerajaan Gupta pada masa
pemerintahan Chandragupta II ini mencapai wilayah yang paling luas, bahkan
sampai melintasi seluruh India Utara, mulai dari Benggala hingga Laut Arab. Hal
ini tidak lepas dari ekspansi-ekspansi yang dilakukan oleh Chandragupta II.
Pada
masa Chandragupta II, di bidang kesenian mengalami kemajuan yang pesat,
terutama festival keagamaan pada musim semi dan patut dicatat peranan Kalidasa.
Selain festival-festival keagamaan juga telah berkembang pesat dibidang
literatur (kesusastraan) dan
pengembangan-pengembangan ilmu pengetahuan yang berbahasa sansekerta. Selain
itu seorang penulis drama yang sering mempergelarkan drama-dramanya di hadapan
raja. Karyanya yang paling terkemuka adalah ‘Sakuntala’.
Nampaknya
masa Chandragupta II merupakan masa yang paling makmur bagi dinasti Gupta dan
sekaligus merupakan masa keemasan dari Kerajaan Gupta (the golden age). Bahkan
pada masa Chandragupta II ini setiap rakyat yang sakit diberikan bantuan untuk
berobat kepada tabib, sementara untuk pelaku pelanggaran tidak dikenakan sanksi
berat, melaikan hanya dikenakan denda. Untuk para tuan tanah hanya dikenakan
pajak yang diambil sebagian kecil hasil panennya saja, bahkan untuk para
pemberontak dikasih hukuman potong tangan kanan saja. Sehingga pada saat itu
Chandragupta II mendapat julukan sebagai permata utama bagi kerajaan Gupta.
2.3
Runtuhnya Dinasti Gupta
Setelah
Chandragupta lengser keprabon karena meninggal dunia pada tahun 415 M, Dinasti
Gupta mengalami titik balik dari masa-masa keemasannya. Lembaran suram ini
dimulai saat Kerajaan Gupta diduduki oleh Kumaragupta, putra dari Chandragupta
II. Pada saat memerintah dia kualahan menghadapi serangan-serangan dari Huna
Putih (Ephalit dan ada yang menyebutnya Hun Putih). Akan tetapi Kumaragupta
masih bisa menahan serangan serangan tersebut. Akhirnya Kumaragupta memerintah
negara hingga tahun 455 M.
Selanjutnya
tampo pemerintahan digantikan oleh putra Kumaragupta yang bernama Skandagupta.
Dia memerintah selama ± 12 tahun,
yakni dari tahun 455 M sampai sekitar tahun 467 M. Lagi untuk sementara Skandagupta
masih mampu menghalang serangan-serangan dari
Huna Putih. “Hal ini digambarkan pada tonggak batu di Bihari, yang
berbunyi: ‘Sebagaimana Sri Krisna, setelah berhasil membunuh musuh-musuhnya,
dia mendekat ke arah ibunya, bernama Devaki’.” (Suwarno, 2012:59). Sehingga
untuk sementara Dinasti Gupta masih bisa diselamatkan. Dan atas keberhasilan
menahan serangan itu, dia membangaun sebuah candi untuk Wisnu, guna mengenang
peristiwa kemenangan itu.
Hingga
pada suatu ketika pada saat Dinasti Gupta dipimpin oleh Purugupta, yang
memerintah tahun 467-473 M, kerajaan ini masih mendapat serangan besar dari
Huna Putih. Pada saat itu Huna Putih berhasil memporak porandakan Dinasti
Gupta, mereka menghancurkan istana, kuil-kuil, dan juga patung-patung. Awalnya
pemimpin bangsa Huna Putih pada waktu itu adalah Tarotama, dan berhasil
menaklukkan Persia pada tahun 484 M, disusul penaklukan kota Punjab pada tahun
510 M. Ternyata penaklukkan ini menjadi tonggak kehancuran kedaulatan Dinasti
Gupta. Kemudian pada saat Huna Putih dipimpin oleh Mihiragula dapat melakukan
ekspansi besar-besaran terhadap Gupta. “Kerajaan Gupta pun berhasil mereka
tklukkan dan diharuskan membayar upeti. Semenjak itu Dinasti Gupta lenyap dari
panggung sejarah India utara pada sekitar 600 M.” (Suwarno, 2012:59).
DAFTAR PUSTAKA
Dalal A. 2011. Selidik Nasional Geographic: Arkeolog
Menguak Rahasia Masa Lampau India Kuno. Jakarta: PT. Gramedia.
Su’ud A. 1988. Memahami Sejarah Bangsa-bangsa di Asia
Selatan (Sejak Masa Purba Sampai Masa Kedatangan Islam). Jakarta: P2LPTK.
Suwarno. 2012. Dinamika Sejarah Asia Selatan.
Yogyakarta: Ombak.
Schulberg, L. Tanpa
tahun. Abad Besar Manusia (India yang
Bersejarah). Terjemahan T.W. Kamil. 1983. Jakarta: Tira Pustaka
oleh
oleh
Langganan:
Postingan (Atom)
Powered by Zainal Abidin