Selasa, 26 November 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Zaman prasejarah merupakan zaman sebelum manusia mengenal tulisan. Di
Indonesia sendiri, zaman ini diperkirakan berlangsung sejak sekitar 1,8 juta
tahun yang lalu. Supaya lebih mudah difahami, sejarawan memperiodisasikan zaman
prasejarah ini kedalam lima zaman yaitu zaman paleolitikum (zaman batu tua),
zaman mesolitikum (zaman batu menengah), zaman neolitikum (zaman batu muda),
dan zaman paleometalik (zaman logam).
Dari lima
pembabakan zaman prasejarah di Indonesia meninggalkan budaya yang berbeda-beda
dan berkembang lebih maju, baik dari masyarakatnya maupun benda yang
ditinggalkannya. Misalnya, pada zaman paleolitikum benda yang dihasilkan masih
sangat kasar dan masyarakatnya bersifat nomaden (berpindah-pindah tempat),
kehidupannya masih tergantung pada alam dan untuk memenuhi kehidupan hidupnya
mereka belum mampu mengolah alam, tapi untuk mencari makanan mereka melakukan
perburuan binatang. Semakin berjalannya waktu, pemikiran merekapun semakin
maju. Zaman mesolitikum peralatan yang dihasilkan sudah mulai dihaluskan.
Meskipun tak sehalus pada zaman neolitikum dan budaya masyarakatnya masih
berlanjut yaitu budaya mengumpulkan makanan. Puncaknya, pada zaman
neolitikumlah, manusia prasejarah di Indonesia yang tadinya hidup bergantung
pada alam, berpindah-pindah dan hidup berkelompok. Alat-alat yang dipergunakan
untuk membantu pekerjaan merekapun sudah halus. Fase terakhir adalah fase paleometalik
atau pada zaman ini sering disebut masa perundagian atau masa terampil. Karena
pada masa ini manusia prasejarah sudah terampil dalam membuat peralatan yang
tidak lagi dibuat dari batu melainkan meraka membuat peralatan itu dari logam,
seperti perunggu dan besi.
Makalah ini
tidak akan membahas secara keseluruhan mengenai persebaran dan fase-fase
manusia prasejarah. Materi yang akan kami angkat tentang persebaran manusia
prasejarah di Indonesia adalah tentang zaman neolitikum dan benda-benda
peninggalannya yaitu yang terpaku pada kapak
persegi dan
kapak lonjong. Memang ada banyak peninggalan pada zaman neolitikum. Namun, kami
fokuskan materi makalah ini pada dua benda tersebut, yaitu kapak persegi dan
kapak lonjong yang merupakan peninggalan paling terkenal zaman neolitikum.
Karena pada
zaman neolitikum manusia prasejarah sudah mulai dapat mengolah alam atau sering
disebut bercocok tanam dan berladang. Maka, kedua alat ini dibutuhkan utnuk
memudahkan cocok tanam dan berladang. Peninggalan kapak persegi dan kapak
lonjong tersebar banyak di Indonesia yang terutama banyak didaerah Indonesia
bagian timur.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas. Maka, rumusan masalah yang akan dibahas adalah:
1. Bagaimana kehidupan manusia prasejarah pada zaman
neolitikum?
2. Apa sajakah budaya pada zaman neolitikum?
3. Apa benda peninggalan zaman neolitikum?
4. Apa fungsi kapak persegi dan kapak lonjong?
5. Bagaimana persebaran peninggalan artefak kapak persegi
dan kapak lonjong?
.
C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Memahami dan mengetahui kehidupan manusia prasejarah pada zaman
neolitikum.
2.
Mengetahui dan mengidentifikasi budaya pada zaman neolitikum.
3.
Mengetahui dan mendeskripsikan benda peninggalan zaman neolitikum.
4.
Mengetahui dan mendeskripsikan fungsi kapak persegi dan kapak lonjong.
5.
Memahami, mengetahui dan mampu mengidentifikasi persebaran peninggalan
artefak kapak persegi dan kapak lonjong.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kehidupan Zaman Neolitikum
Zaman neolitikum adalah zaman batu muda. Maksudnya adalah bukan batunya
yang muda, tetapi jarak waktu antara zaman neolitikum dengan zaman sekarang relatif dekat, karena zaman
neolitikum merupakan zaman batu terakhir, disinilah revolusi pertama terjadi
yaitu revolusi food gathering (berburu
mengumpulkan makanan), menjadi food producing (memproduksi makanan)
dalam kurun waktu yang berangsur-angsur. Pada zaman ini juga memiliki ciri-ciri
khusus tersendiri yaitu menggunakan batu dengan cara digosok, sehingga zaman
ini dikenal juga dengan istilah zaman batu baru.
“About 12000 years ago, people began to plant and
harvest crops and to domesticate various animals species.” (Daniel G.
Baties and Fred Plog, 1990 : 125)
Pada zaman ini, manusia prasejarah sudah mulai meninggalkan budaya sebelumnya
yaitu nomaden (berpindah-pindah tempat). Manusia sudah mulai hidup menetap dan berkelompok juga
memikirkan bagaimana cara untuk bertahan
hidup tanpa bergantung terus terhadap alam. Tetapi, mereka harus bisa
menyesuaikan diri terhadap lingkungan tersebut serta mampu mengolahnya. Mereka
mampu menyaring kebudayaan lama mereka dalam mengumpulkan makanan di darat dan
di perairan sehingga menghasilkan kebudayaan baru. Pekerjaan yang dilakukan
manusia prasejarah pada zaman neolitikum itu adalah bercocok tanam dan
berternak.
Manusia prasejarah neolithikum yang sudah berkolompok ini
lambat laun persebaran penduduknya meningkat. Mereka mencoba membuat tempat
tinggal sendiri meskipun masih dalam taraf sederhana. Anak-anak mereka semakin
banyak, bahkan semakin terus bertambah. Bagi mereka anak bukanlah beban, mereka
memberi makan anak-anak mereka dari hasil cocok tanam dan beternaknya itu dan
dari penambahan anak itu justru sangat menguntungkan,
karena anak-anak mereka itu dapat
membantu pekerjaan mereka dalam bercocok tanam dan juga beternak.
Persebaran dan perkembangan penduduk pada zaman
neolitikum ini terbilang bagus karena tidak lagi menggantungkan hidupnya pada
alam dan sudah menetap disuatu tempat. Namun, disinilah mulai pula terjadi
masalah-masalah yang cukup serius, diantaranya timbul penimbunan sampah dan
kotoran. Karena penimbunan sampah dan kotoran ini muncul berbagai penyakit yang
menyerang penduduk zaman ini. Penyakit ini adalah akar dari penyakit-penyakit
yang tersebar zaman sekarang. Akibatnya, angka kematian pada zaman itu
meningkat. Pada waktu itu pula muncul
para dukun yang membantu melakuakn ritual kematian.
Selain
bercocok tanam dan berternak, manusia prasejarah pada zaman neolitikum ini juga
sudah mulai mampu membuat alat untuk membantu memenuhi kebutuhan hidupnya.
Biasanya jika pada saat memanen mereka menggunakan alat yang umurnya sudah tua
yang terbuat dari kayu yang dipasangi batu api yang bergigi. Namun mereka juga
masih menggunakan alat-alat batu yang masih berumur muda, seperti digunakan
untuk menggali tanah. Alat itu berbeda
dari zaman sebelumnya, yaitu di Zaman Mesolithikum
dan Paleolithikum. Alat yang
dibuat di zaman ini sudah mulai dihalus diantaranya kapak persegi dan kapak
lonjong.
B. Peninggalan Zaman Neolitikum
“ Tradisi neolitik/kehidupan perkampungan
dan kehidupan di gua : hasil utama adalah beliung/kapak diasah, serpih-bilah
perperiukan dan manik-manik.” (R.P. Soejono, 1976 : 17).
Manusia prasejarah pada zaman ini membuat benda
yang lebih halus dari zaman sebelumnya. Diantara peninggalan zaman neolitikum
itu adalah sebagai berikut.
1.
Kapak persegi
Kapak
persegi adalah alat dibuat dari batu berbentuk persegi. Asal-usul kapak peregi
bermula saat migrasi bangsa Asia ke Indonesia. Nama kapak persegi diberikan
oleh Von Heine Geldern dengan memperhatikan penampang dari alat-alatnya, yang
kadang kala berbentuk persegi panjang atau trapesium. Di Indonesia bagian
barat: pulau sumatera, jawa dan Bali didapatkan kapak persegi, tetapi di
Indonesia bagian timur, sedikit ditemukan dengan pembuatan kasar... Tempat-tempat kapak persegi
diketemukan di dekat Lahat
(Palembang) , Bogor, Sukabumi, Karawang dan Tasikmalaya, Pacitan (Jawa Timur).
Diketemukan juga chalcedon (batu
yang indah)
dibuat sangat indah dan halus, sehinga batu itu mungkin sebagian tanda
kebesaran atau alat upacara. Sejenis dengan kapak persegi dinamakan “kapak
bahu”. (Asmito,1988 : 14-15)
Meskipun namanya kapak persegi, tidak semua kapak
persegi berbentuk kapak, ada juga yang berbentuk pacul dan ada juga yang
termasuk jenis tarah, tarah ini digunakan untuk membuat alat dari kayu. Semua
alat ini berbentuk sedikit melengkung dan bertangkai. Hal ini berbeda pada saat
zaman-zaman sebelumnya yang alat-alatnya biasanya tanpa tangkai sehingga hanya
cukup digenggam saja.
Macam-Macam Kapak Persegi
a. Kapak Bahu Sederhana
Kapak bahu sederhana merupakan kapak salah satu jenis
kapak persegi yang dibuat manusia prasejarah zaman neolithikum yang tangkainya
kasar. Persebaran kapak bahu sederhana
banyak ditemukan didaratan Asia termasuk Indonesia. Di Indonesia, peninggalan
kapak bahu sederhana terdapat di situs Kalumpang yang berada di daerah Mamuju,
Sulawesi Barat.
b. Kapak Tangga
Disebut beliung tangga karena permukaam atas beliung
dibuat lebih rendah, oleh karena itu bentuknya menjadi seperti tangga. Persebaran
beliung ini terdapat asia timur, yaitu di Taiwan. Di Indonesia persebaran
beliung ini terdapat di daerah Sulawesi.
c. Kapak Biola
Beliung ini menyerupai biola yang sisi kiri dan kanan
kapaknya sedikit cekung. Persebaran Beliung Biola terdapat di Asia Timur.
Persebaran di Indonesia hanya di daearah Kalumpang sama halnya kapak bahu
sederhana.
d.
Kapak Atap
Beliung ini membentuk trapesium. Kapak atap ini
terebar di pulau Jawa yaitu di daerah Jawa Timur dan juga ditemukan di
kepulauan Bali.
e.
Kapak Penarah
Di Indonesia, peninggalan beliung diketemukam di
daerah Jawa Timur dan Bali. Untuk daerah selain Indonesia, kapak ini terdapat
di Selandia Baru.
2. Kapak
Lonjong
Kapak lonjong juga merupakan salah satu peninggalan dari zaman Neolitikum.
Kebudayaan kapak ini diperkirakan lebih tua daripada kapak persegi. Dinamakan
kapak lonjong karena mempunyai bentuk lonjong seperti telur. Selain itu kapak
lonjong memiliki ujung yang runcing, namun tidak seruncing mata panah. Pada umumnya
kapak lonjong ini dibuat dari batu kali yang berwarna kehitaman dan mempunyai tingkat
kekerasan tertentu, seperti yang masih digunakan di daerah Papua. Sedangkan ukuran-ukuran
dari kapak ini berbeda-beda, yang besar disebut welzenbeil dan kapak yang kecil disebut dengan kleinbeil.
Kapak lonjong mempunyai fungsi yang hampir sama dengan kapak persegi.
Diantaranya kapak lonjong yang berukuran besar ini digunakan untuk memotong
makanan dan sebagai pekakas. Sedangkan kapak lonjong yang berukuran kecil
digunakan untuk benda wasiat dan upacara.
Daerah penemuan kapak lonjong di Indonesia, hanya
terbatas di daaerah bagian timur, yaitu Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores,
Maluku, Leti, Tanimbar, dan Papua. Di Serawak yaitu di Gua Niah, kapak lonjong
juga di temukan. Dari tempat-tempat yang disebutkan itu, hanya sedikit yang
diperoleh dari penggalian arkeologi, kecuali di Serawak dan Kalumpang di
Sulawesi Tengah. Suatu hal yang agak menyulitkan tentang penelitian
kepurbakalaan ini adalah karena alat semacam ini masih dibuat di pedalaman
Pulau Papua. Tidaklah mustahil temuan-temuan lepas di beberapa tempat di bagian
timur Indonesia tu adalah hasil pengaruh dari Papua yang mencapai tampat-tempat
tersebut dalam waktu yang tidak begitu tua. (R.P. Soejono, 2010 : 221)
Sampai saat ini kita masih dapat menemukan kebudayatan
kapak lonjong ini di Papua, karena kapak lonjong di Papua masih digunakan dalam
membuat bahan makanan. Selain itu,kapak lojong juga digunakan usebagai alat
perkakas dan sebagai alat untuk memangkas. Hal ini juga dikarenakan Papua merupakan pusat pembuatan dari kapak lonjong.
Karena kebudayaan kapak lonjong ini masih dibuat di
daerah Papua, maka ini merupakan kendala yang dialami oleh para peneliti,
khususnya dalam melakukan penelitian kapak lonjong. Hal ini dikarenakan pada
para peneliti menemukan sebuah kapak
lonjong, mereka akan sulit dalam menentukan pertanggalan (dating). Sehingga pertanggalan yang muncul pada saat
diteliti di laboratorium akan relatif muda.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa Zaman Neolitikum merupakan zaman batu ketiga setelah
zaman paleolitikum dan zaman mesolitikum. Pada zaman ini manusia merubah kebudayaan
dari berburu dan meramu makanan menjadi pandai mengolah alam yaitu bercocok
tanam dan beternak. Kehidupannya juga tidak lagi nomaden (berpindah-pindah
tempat), tetapi sudah hidup menetap dan berkelompok.
Perkakas batu yang dihasilkan sudah halus. Dan
diantara batu yang dihaluskan itu adalah
1.
Kapak Persegi
Alat yang dibuat dari batu berbentuk persegi. Kapak
ini tersebar di dekat Lahat
(Palembang) , Bogor, Sukabumi, Karawang dan Tasikmalaya, Pacitan (Jawa Timur).
Yang termasuk kapak persegi adalah sebagai berikut.
a.
Kapak Bahu
Sederhana
b.
Kapak Tangga
c.
Kapak Biola
d.
Kapak Atap
e.
Kapak Penarah
2.
Kapak Lonjong
Benda peninggalan pada zaman neolitikum yang dibuat
dari batu dan mempunyai bentuk lonjong seperti telur . Kapak ini tersebar di
daaerah bagian timur, yaitu Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores, Maluku, Leti,
Tanimbar, dan Papua.
B. Saran
Makalah ini disusun sebagai media pembelajaran tentang zaman neolitikum dan peninggalannya yaitu
kapak persegi dan kapak lonjong. Sebelumnya, dalam mengkaji tulisan ini, diharapkan terlebih
dahulu pembaca mengetahui
hal-hal mengenai zaman neolitikum.
Makalah yang disusun penulis
ini masih jauh dari sempurna. Dalam penulisan makalah ini perlu adanya
peninjauan ulang. Akan tetapi, penulis berharap sekali makalah ini
bisa bermanfaat bagi yang membaca. Dan pembaca bisa memahami tentang zaman neolitikum
dan peninggalannya yaitu kapak persegi dan kapak lonjong.
DAFTAR RUJUKAN
Anwarsari. 1995. Sejarah Nasional Indonesia 1. Malang:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Malang Bagian Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas Proyek IKIP Malang.
Bates, D. G., Plog, F. 1990. Cultural Anthropology.
New York: Mc Graw-Hill Publishing Company
Clark, G. 1967. World Prehistory an Outline. London:
Cambridge at the university Press.
Havilland, W.A. Tanpa Tahun. Antropologi 1. Terjemahan
RG Soekadijo. 1988. Jakarta: Erlangga
Soejono, R.P. 1976. Aspek-aspek Arkeologi Indonesia.
Jakarta: Pembinaan Kepurbakalaan dan Peninggalan Nasional.
Soejono, R.P., Leirissa, R.Z. 2008. Sejarah Nasional
Indonesia 1. Jakarta: Balai Pustaka
Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan
Indonesia 1. Yogyakarta: Kanisius
Soetjipto. 1995. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Malang:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Malang Bagian Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas Proyek IKIP Malang.
oleh: Mahasiswa Universitas Negeri Malang.
Latiffatun Nasiroh (130731607247)
Linda Wahyuning Tiyas (130731607300)
Pebri Ramdani (130731615714)
Yunik Lestari (130731607278)
Zainal Abidin (130731616733)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Powered by Zainal Abidin
0 komentar:
Posting Komentar